MAMA MENANGIS

bismillah

Sejak 3bulan kehamilannya Mama rajin membaca Al Qur’an, terutama surat Maryam dan Yusuf. Dia mengharap anaknya secantik, sesholehah Maryam, atau setampan, dan se sholeh Yusuf. Sesekali mengelus perutnya saat saya menendang2 dari dalam. Tersenyum, bisa merasakan saya dari dalam perutnya.

2bulan kelahiran saya, mama sudah terbiasa dengan tangisan saya. Rengekan saya dimalam hari, dengan kantuk mama menggantikan popok saya yg lepek dan basah.. Mama letih, tapi dia lebih senang melihat saya menangis ketimbang diam.

Januari 2001, Malam, haus, saat menuju dapur. Menengok kekamar Mama yg pintunya terbuka. Mama itu tersungkur, sujud, menangis. Terdengar nama saya, Bapak, dan Fikri disebutnya. Sampai jam menunjukkan pukul 04:30, Mama kembali bersujuh diatas sajadah. Menangis, menyebut nama saya, Ayah, dan Fikri, lagi. Saya?. Peduli apa?.

Jam 06:30, saya dan Fikri pergi ke sekolah, mencium tangannya. Saat saya berjalan menjauh dari penglihatannya, hati mamah menitipkan saya, adik saya, dan bapa pada Ridho Allah, berharap kami pulang , selamat, tepat waktu.

Januari akhir 2001,
saya pergi kesekolah. Tapi kali ini.. saya terlambat pulang, terlambat dan terus terlambat. Begitu selama 1 tahun. mamah marah sambil menangis. Kemarahan mamah bikin saya MUAK, tangisan mamah bikin saya JIJIK!!!. I wish I wasn’t born!!!.

Juli 2002,
Mamah menangis, menangis, menangis, berjalan lunglai kearah kantor kepala sekolah. Tidak peduli orang2 memperhatikan mukanya memerah. Riska… kemana saya?. Kemana saya saat mamah menangis mencari saya?.kemana saya saat mamah mau bertanya, “ada apa dengan saya? Kenapa saya begini?”. Kenapa saya menghilang?. 4 hari seorang saya menghilang. Membuat mata mamah memerah bengkak, menguras air mata. Membuat mamah pingsan, lunglai dan sakit. Bahkan saat saya pulangpun mamah masih terbaring diatas kasur, lemah. I blamed her for everything. I just know that she’s the one that make me guilty. She’s still my big ENEMY!! If my dad didn’t say that the cop will find me, I wudn’t come home.

Agustus 2002,
saya ditanya, „apa kamu tau dosa?“, saya diam. Menatap kosong. Saya kira masa depan saya sudah tamat. Hancur. Tapi mamah masih datang menjemput saya. Dia tersenyum kali ini. Saat itu… saya masih belum mau memeluknya. Setengah hati saya masih berkata, dia musuh terbesar hidup saya.

September 2002,
“mamah tau ika pasti dapat yg terbaik.”. mamah, kembali menangis. Hati saya masih kosong.

Januari 2002-Januari 2005,
Saya, mamah, … kami berbicara. Setelah nyaris 1 tahun. Saya… menutup hati saya dengan perkataannya.

Januari 2006,
Keinginan saya, impian saya, dan senyum mama, membawa saya berdiri disini, saat ini.
Kata ‘terbaik’ yg pernah mamah bilang, mulai muncul satu persatu dihidup saya. Saya mulai ikhlas tersenyum. Saya ingin menjadi Maryam ibu Isa, jadi Aisyah, jadi yg mama mau.

Januari 2007,
0062218856121:
Saya… sayang… mamah…
. dan mamah… menangis lagi.. sambil berkata
"alhamdulillah...terimakasih..."

Comments

  1. I did it too..Baru berasa sekarang setelah having babyhow I love her, how I adore her, how I protect her..Takut dia kaya gue dulu..

    ReplyDelete

Post a Comment