Well it’s winter, dan alas kaki yg saya punya hanya keds berbahan canvas ,ballerina , dan boots butut yang sudah bolong dibagian belakangny L. Apa bisa nahan salju kelak`? tentu tidak… . Jadi dari pada beku dijalan dan mengakibatkan hal fatal terjadi pada kaki Cinderella (hehew), jadilah saya memutuskan untuk hunting sepatu boots.
Rencananya usai mengerjakan Tadzkia (mading masjid) hari ini, saya diantar Nurry dan Nindya akan melakukan penyisiran sepatu didaerah Rathaus Steglitz. Anyway hunting ≠ membeli. Hunting bisa aja nemu dijalan, diambil dan bawa pulang, atau bisa juga hunting sepatu sambil silaturahmi ke rumah teman, yang mungkin saja bosen jadi kolektor 1000 pasang sepatu lalu ngasih sepasang/dua pasang/ tiga-/ 50 pasang sepatu ke saya dengan cuma2. kekeke
Setelah Tadzkia rampung dan ketika kami mau- akan- ingin segera keluar dari masjid, kami mengantri di lorong depan rak sepatu, saya melirik boots milik Nindya. It’s kinda cute J. Jadi saya mencoba sepatu itu (itung-itung ngukur ukuran betis hehew) atas seizin Nindya yang ada didepan saya. Lalu, senormalnya orang pasti akan meminta pendapat ke teman dekatnya apabila akan membeli sesuatu, bukan? Pun saya, saya membalikkan badan ke belakang dimana Nurry berdiri.
Sambil masih membungkuk menutup resleting boots saya bertanya ,”Gimana mi? bagus kan? Bagus ya?”, kata saya masih melihat boots, memutar-mutar kaki, dan nyengir-nyengir ga jelas. Perlahan setelah asik dengan tampilan dikaki, saya pun mulai menatap kearah lawan bicara saya yang keknya ko jadi rada rada aneeeh gitu, soalny ditanyain ga jawab-jawab.
Ketika saya lihat wajahnya…
Saya diam. I don't know this person.
Si lawan bicara sama juga, ga kalah diam.
She’s a guy!!! I meant… He was a girl several minutes ago!!
Leute, Nurry berubah menjadi laki-laki dalam sekejap sambil bertanya ,”kenapa?” dengan nada sok tenang dan saya tidak tau harus berbuat apa. Saya hanya tau, dia pasti nahan tawa dan entah kenapa laki-laki tadi tiba-tiba belok kearah dapur masjid (padahal jelas-jelas dia mo keluar masjid dengan jaket lengkap dan tasnya). Pasti ketawa deh, pasti... pasti... pasti... hmnnnnnnn gggrrrrrr :(
Then I said, “Gimana? Bagus kan?”, dengan wajah super innocent. Tanggung deh, udah malu mending gue terusin jadi malu maluin sekalian L.
Mensch ditinggal pake sepatu aja Nurry dah berubah jadi Ranma.
Kejadian tadi sore benar-benar memalukan sampe ke ubun-ubun. Nindya sampe ga berhenti ketawa, saya Cuma nyengir2, MALU!!!.
hahahahaha! please let me know who was that person.. or let me guess, someone with initial "D"? (of course not "D" for dimas :D)
ReplyDeletekan sdh ditulis "I don't know him". yg jelas bukan Dick Maryopi juga. hehe... well, come to think of it, it was the first time I met that guy di masjid mas. siapa ya? jadi kan kalo ketemu besok2 saya pake cadar biar ga malu. hehe
ReplyDeletenamanya mas defny holidin ris.. dia udah sejak april di sini, tapi memang belum sering muncul ke permukaan.. hehehe. tapi cerita ini inspiring banget, jadi pengen buat cerita humor :)
ReplyDeletebukan mas Defny,Dimas. Saya tau kl mas Defny. Yg kuliah di Potsdam kan ya? hmn orgny putih, sunda kekny sih, soalny nawar2 jeans sama Dias. halah... dibahas. y sudah lah, besok pengajian bulanan kita lihat mas. woke?
ReplyDelete