Malu

Tiba-tiba ingat perkataan teman yang bulan lalu bertemu, setelah hampir 3 tahun tidak berjumpa. Saat saya bilang, saya punya adik yang umurnya baru 1 tahun lebih dia tiba-tiba bilang, „ya ampuun apa ga malu apa punya adik lagi?“.
Saya diam kaget bukan main. Ketika itu saya tidak jawab tegas karena saya kaget. Kageeet banget. Nyesel kenapa ga bilang apa yang saya rasakan.
Saya tau seharusnya saya jawab ini: Untuk apa saya malu punya adik lagi? Bukan hal buruk kan? Adik saya membawa berkah sama hal nya dengan teman saya saat dia dilahirkan ke bumi. Orang tuanya dan kaka2nya pasti sayang dan senang dengan kehadirannya saat itu.
Bicara soal kelahiran Azka. Saya sempat sedikit menceritakannya disini. Azka itu seperti air yang menyegarkan disaat panas, karena tingkah polahnya yang selalu saja membuat senyum kami merekah. Azka itu teman baru untuk ayah ibu saya. Saat orang rumah sedang diluar rumah, pasti ingin segera pulang, karena ada Azka. Pun seandainya kelak orang-orang bicara dia seperti anak saya karena perbedaan kami yang sangat jauh 22 tahun, saya yakin(insyaAllah) saya dan ibu saya tidak akan keberatan.
Yang buat saya malu adalah, kenapa saat teman saya itu bertanya, saya tidak bisa menjawab dengan tegas.
Sekarang ketika mengingatnya lagi, saya sadar kalau kadar rasa „malu“ setiap orang itu berbeda.

Comments

  1. Teteh. . . memang tidak perlu merasa malu saat memiliki adik lagi. Apalagi Azka anak yang pintar dan lucu.
    Dan tentunya setiap wanita muslimah harus merasa bangga saat memiliki banyak anak, karena seperti itu pulalah Rosullulloh berbangga atas jumlah umat'a di hari akhir kelak.

    Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar r.a, ia berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, ‘Sesungguhnya aku mencintai seorang wanita yang terpandang dan cantik. Namun sayang ia mandul, bolehkan aku menikahinya’?” Rasulullah menjawab, “Tidak!”

    Kemudian laki-laki itu datang lagi untuk kedua kalinya namun Rasulullah saw. tetap melarangnya. Kemudian ia datang lagi untuk ketiga kalinya. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang penyayang lagi subur, sesungguhnya aku berbangga dengan jumlah kalian di hadapan umat-umat lain,” (Shahih, HR Abu Dawud [1050] dan Ibnu Hibban [4056]).

    ReplyDelete

Post a Comment