Senin

Senin lalu mungkin merupakan salah satu pengalaman terburuk dalam beberapa bulan terakhir bagi saya. Banyak teman bilang, dunia kerja adalah kehidupan sesungguhnya. Mungkin dari pengalaman Senin itu saya memang belum siap guna di "pasar kerja".



Beberapa kali saya mengingat-ingat hal Senin lalu yang akhirnya malah membuat saya kesel, kecewa, dan sedih. Ah manusia hanya berencana, Tuhan yang memutuskan. Kalimat disamping kiri ini yang lumayan mengobati sedikit, walau kadang kalau ingat masih miris juga. Maklum baru lewat beberapa hari.



Jadi ingat perkataan loncamisua yang intinya saat bekerja itu pengalaman paling berharga adalah berinteraksi dengan orang. Yeah! dan seperti yang seriiiiing sekali saya bilang baik live maupun tulisan, saya punya masalah super besar dalam hal ini. Tapi kayanya semua manusia juga bermasalah dengan ini, cuma beda takarannya.



Senin kemarin juga ada hubungannya dengan Ujub. Tema yang ga habis-habisnya diputar dan di perbincangkan terus menerus oleh bu Fai. Yup Ujub... merasa paling "waw", temennya sombong, temennya takabur dan temannya riya.



Terasa ketika kaki melangkah Senin kemarin, ada rasa "bangga" tehadap diri sendiri yang berlebihan. Baru setelah Senin selesai, rasa itu lenyap ditelan kenyataan bahwa hal yang "hebat" itu bukan milik manusia.



Tapi dari Senin kemarin juga Allah mengajarkan saya banyak hal. Bahwa sulit dan mudah itu berputar, tidak konstan. Lalu kata "aku hebat" itu memang harus dibasmi. Sedikit apapun itu didalam hati. Bahwa semua manusia itu punya kelemahan, sehebat apapun ia... pasti ada. Dan... mundur itu bukan berarti menyerah. 

Comments